- Home>
- Pengetahuan >
- Makalah Kedudukan Aqidah dalam Ajaran Islam
Posted by : Nabilla Risma Aulia
March 13, 2015
Makalah Aqidah
Disusun oleh:
Fadel Taufiq
Nabilla Risma Aulia
Sarah
Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
Hamka
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kehadiran agama Islam
yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan
manusia yang sejahtera lahir dan batin.Petunjuk-petunjuk agama mengenai
berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya,
Alquran dan Hadis, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan
yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material
dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu,
bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan,
anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak
mulia dan bersikap positif lainnya.
Allah menciptakan manusia
dengan seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya bentuk dibanding dengan
makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus para
Rasul-Nya (menurut hadis yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para Nabi
sebanyak 124.000 orang, namun jumlah yang sebenarnya hanya Allah saja yang mengetahuinya).
Begitu pentingnya aqidah
ini, sehingga Nabi Muhammad Saw, penutup para Nabi dan Rasul membimbing umatnya
selama 13 tahun ketika berada di Makkah dengan menekankan masalah aqidah ini,
karena aqidah adalah landasan semua tindakan, bahkan merupakan landasan
bangunan Islam. Oleh karena itu, maka para dai dan para pelurus agama dalam
setiap masa selalu memulai dakwah mereka dengan tauhid dan pelurusan aqidah.
B.Rumusan Masalah
1. Kedudukan aqidah dalam ajaran Islam.
2.
Hubungan aqidah
dengan akhlak, ibadah, dan muamalah.
3.
Hikmah aqidah dan
hubungannya dengan akhlak, ibadah, dan muamalah.
C.Tujuan dan Manfaat
Penulisan
Tujuan penulisan makalah adalah
memberikan penjelasan mengenai hubungan antara Aqidah, ibadah, muamalah dan
Akhlak serta implementasinya dalam kehidupan sehari-hari dan manfaat dari
penulisan makalah ini adalah untuk memberikan sedikit pengetahuan dan menambah
informasi kepada para pembaca yang budiman terkait judul yang dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Kedudukan aqidah dalam ajaran Islam
Dalam ajaran Islam,
aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan, aqidah
adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq,
adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah
suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan
untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan
runtuh dan hancur berantakan.
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah swt berfirman,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.
Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)
Allah swt juga berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِّنَ الْخَاسِرِينَ
Artinya: “Dan sungguh
telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, bahwa jika engkau
betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu
benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)
Mengingat pentingnya
kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan dakwah dan
pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah saw
berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan
nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu
selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum
muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat
berat.Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat,
sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan
Islam selanjutnya.Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat
dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang
lebih selama sepuluh tahun.Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa
penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.
2. Hubungan aqidah dengan akhlak, ibadah,
dan muamalah
Sebelum kami membahas tentang
hubungan Aqidah dengan akhlak, ibadah, dan muamalah, baiknya kita harus
mengetahui definisi masing-masing.
·
Aqidah menurut bahasa adalah ikatan,
sementara secara istilah bermakna iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada
keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, kalau
disebutkan ‘Aqidah Islamiyah berarti "Keimanan yang teguh dan bersifat
pasti kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan segala
pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan ta’at kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-Malaikat-Nya,
Rasul-Rasul-Nya, Kitab-Kitab-Nya, hari akhir, takdir baik dan buruk dan
mengimani seluruh apa-apa yang sudah pasti tentang Prinsip-Prinsip Agama (Ushuluddin),
perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (kon-sensus)
dari shahabat Nabi, serta seluruh berita-berita qath’i(pasti), baik
secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut al-Qur-an
dan as-Sunnah. (Y. Abdul Qadir : 2004).
Permasalah
aqidah berkaitan dengan amalan hati, sehingga dikatakan aqidah yaitu ikatan
yang kuat yang berada di hati seorang muslim. Bila kita hubungkan aqidah adalah
berkaitan dengan keimanan yang memiliki enam rukun, sebagaimana disebutkan
sebelumnya.
Aqidah memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam Islam, karena ia adalah modal utama
seseorang dalam beriman dan berislam, seseorang dikatakan munafik jika luarnya
baik sementara hatinya kufur.Dengan aqidahlah seseorang bisa selamat dari
adzabNya dan masuk ke dalam surgaNya. Aqidah yang benar selalu dilandasi oleh
sumber-sumber hukum yang kuat dan dapat dipertanggung jawabkan. Kata lain untuk
aqidah adalah tauhid, yang berarti pengesaan peribadahan hanya kepada Allah
saja.
·
Pengertian
Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak”
berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut
logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat
tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan “khalkun” yang
berarti kejadian, serta erat hubungan ” Khaliq” yang berarti Pencipta dan
“Makhluk” yang berarti yang diciptakan.
Pengertian akhlak adalah
kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut
akhlak .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti benar akan
kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada
Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami
akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati
nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk
suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
·
Ibadah adalah sebuah nama yang mencakup
segala sesuatu yang dicintai dan di ridhai Allah dari perkataan, perbuatan baik
yang nyata atau yang tersembunyi.Seringkali kita terjebak ke dalam pengertian
dari ibadah. Ibadah hanya diartikan dengan ritual mahdhah semisal
shalat atau puasa, padahal makna dari ibadah lebih luas dari itu, mari kita
perhatikan definisi ibadah yang disebutkan oleh Syaikh Al-Islam :
اَلْعِبَادَةُ إِسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِ
مَا يُحِبُّ الله وَيَرْضَه من أفعال وأقوال ظاهر وباطبا
Cukup lengkap
bukan definisi dari ibadah tersebut? ibadah mencakup segala aktifitas kita,
sehingga segala sesuatu yang mendatangkan kepada keridhaanNya itu adalah
ibadah, saya menulis buku ini ibadah, dan anda yang membacanyapun sedang
melakukan ibadah. Itulah makna ibadah yang sebenarnya.
Namun pembahasan
yang dimaksud di sini adalah ibadah yang berkaitan dengan penyembahan kepada
Allah ta'ala yang dilakukan oleh seorang muslim. Maka jika aqidah berkaitan
dengan keimanan dalam hati maka ibadah berkaitan dengan amalan anggota
badan.Sehingga ibadah ini akan nampak dalam tindakan nyata, bukan sekadar
keyakinan. Dan ia telah terikat dengan aturan-aturan baku yang telah ditetapkan
syariat Islam.
·
Muamalah dalam ruang lingkup Islam
adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lainnya. Muamalah bisa
bermakna hubungan sosial antara sesama manusia.
Dalam ruang lingkup Islam maka muamalah lebih terfokus kepada bagaimana
etika, adab, akhlak dan sopan santun anatara seorang muslim dengan muslim lainnya
atau dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Muamalah sendiri adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia di dunia ini :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا
تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. QS Al-Baqarah ayat
282.
·
Hubungan
aqidah dengan akhlak
Aqidah merupakan suatu keyakinan
hidup yang dimiliki oleh manusia.Keyakinan hidup inidiperlukan manusia sebagai
pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk alam.Pedoman
hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi dari seluruh bangunan aktifitas
manusia.
“ Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak “Dasar pendidikan
akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar terhadap alam dan
kehidupan, Karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya. Oleh
karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan
benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya
pun akan salah.Ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menjelaskan yang
seharusnya dilakukan manusia kepada yang lainya, yang disebut dengan akhlak.
Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat aqidah dan bisa
menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Ibadah yang dijalankan dinilai baik
apabila telah sesuai dengan muamalah.Muamalah bisa dijalankan dengan baik apabila
seseorang telah memiliki akhlak yang baik.
·
Hubungan
aqidah dengan ibadah
Akidah menempati posisi terpenting
dalam ajaran agama Islam.Ibarat sebuah bangunan, maka perlu adanya pondasi yang
kuat yang mampu menopang bangunan tersebut sehingga bangunan tersebut bisa
berdiri dengan kokoh.Demikianlah urgensi akidah dalam Islam, Akidah seseorang
merupakan pondasi utama yang menopang bangunan keislaman pada diri orang
tersebut. Apabila pondasinya tidak kuat maka bangunan yang berdiri diatasnya
pun akan mudah dirobohkan.
Selanjutnya Ibadah yang merupakan
bentuk realisasi keimanan seseorang, tidak akan dinilai benar apabila dilakukan
atas dasar akidah yang salah. Hal ini tidak lain karena tingkat keimanan
seseorang adalah sangat bergantung pada kuat tidaknya serta benar salahnya
akidah yang diyakini orang tersebut. Sehingga dalam diri seorang muslim antara
akidah, keimanan serta amal ibadah mempunyai keterkaitan yang sangat kuat
antara ketiganya.
Muslim apabila akidahnya telah kokoh
maka keimanannya akan semakin kuat, sehingga dalam pelaksanaan praktek ibadah
tidak akan terjerumus pada praktek ibadah yang salah. Sebaliknya apabila akidah
seseorang telah melenceng maka dalam praktek ibadahnya pun akan salah kaprah,
yang demikian inilah akan mengakibatkan lemahnya keimanan.
·
Hubungan
aqidah dengan muamalah
Aqidah adalah pondasi keber-Islaman
yang tak terpisahkan dari ajaran Islam yang lain: akhlaq, ibadah dan Muamalat. Aqidah yang
kuat akan mengantarkan ibadah yang benar, akhlaq yang terpuji dan muamalat yang
membawa maslahat. Selain sebagai pondasi, hubungan antara aqidah dengan
pokok-pokok ajaran Islam yang lain bisa juga bersifat resiprokal dan simbiosis.
Artinya, ketaatan menuanaikan ibadah, berakhlaq karimah, dan bermuamalah yang
baik akan memelihara aqidah.
Dengan kata lain, ibadah adalah
pelembagaan aqidah dalam konteks hubungan antara makhkluq dengan Khaliq; akhlaq
merupakan buah dari aqidah dalam kehidupan yang etis dan egaliter; dan muamalah
sebagai implementasi aqidah dalam masyarakat yang bermartabahat dan menebar
maslahat.Karena itu, agar aqidah tumbuh dan berkembang, aqidah harus operatif
dan fungsional. Di Indonesia kita menyaksikan beberapa ormas
Islam yang telah berhasil mengembangkan amal usaha atau unit pelayanan umat
seperti Panti sosial dan anak yatim, lembaga pendidikan dan pondok pesantren,
balai pengobatan dan rumah sakit, lembaga pengumpul dan penyalur zakat serta
lembaga-lembaga sosial keagamaan lainnya. Lembaga atau unit pelayanan umat
tersebut, meminjam istilah M. Amin Abdullah, merupakan bentuk faith in action, buah keimanan yang aktif dan
salah satu bentuk pengejawantahan ‘tauhid sosial’ atau ‘theologi
pembangunan’. Sayanya, tidak sedikit buah faith in action tersebut
yang terjebak pada bebagai kepentingan mulai dari ekonomi hingga politik.
Agar tetap kokoh dan kuat serta menjadi
penyangga seluruh sendi keber-Islaman, aqidah harus dijaga, dipelihara dan
dipupuk sehingga bisa hidup subur dalam pribadi setiap Muslim.Pentingnya
memelihara aqidah ini juga tersirat dalamSirrah Nabawiyah. Saat
membangun masyarakat Islam di Makkah dan Madidah selama 23 tahun Rasulullah
Muhammad SAW tidak kenal lelah membina aqidah umatnya. Mengingat pentingnya
aqidah ini bisa dimengerti bila setiap surat dalam Al Quran mengandung
pokok-pokok ajaran keimanan.
3. Hikmah aqidah dan hubungannya dengan akhlak, ibadah, dan muamalah
Hikmah aqidah dan
hubungannya terhadap akhlak, ibadah dan muamalah sangat baik bagi kehidupan
manusia secara menyeluruh. Dengan aqidah yang baik akan berdampak baik pula
terhadap akhlak insan, ibadah pun semakin taat dan mumalah serta hubungan antar
sesama semakin erat.
·
Memiliki ketakwaan. Ketakwaan
yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah
merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan
dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan
ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah
dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia
menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan,
terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak
menjalankankewajiban.
·
Berjiwa sosial, ibadah
menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan lingkungan
disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang
dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya
lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong
hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Aqidah adalah pondasi
keber-Islaman yang tak terpisahkan dari ajaran Islam yang lain: akhlaq, ibadah dan Muamalat. Aqidah yang
kuat akan mengantarkan ibadah yang benar, akhlaq yang terpuji dan muamalat yang
membawa maslahat. Selain sebagai pondasi, hubungan antara aqidah dengan
pokok-pokok ajaran Islam yang lain bisa juga bersifat resiprokal dan simbiosis.
Artinya, ketaatan menuanaikan ibadah, berakhlaq karimah, dan bermuamalah yang
baik akan memelihara aqidah.
Apabila aqidah
telah dimiliki dan ibadah telah dijalankan oleh manusia, maka kedua hal
tersebut harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu diperlukan
adanya suatu peraturan yang mengatur itu semua.Aturan itu disebut Muamalah.
Muamalah adalah segala aturan islam yang mengatur hubungan antar sesama
manusia. Muamalah dikatakan berjalan baik apabila telah memiliki dampak sosial
yang baik. Untuk dapat mewujudkan aqidah yang kuat yaitu dengan cara ibadah
yang benar dan juga muamalah yang baik, maka diperlukan suatu adanya.
DAFTAR PUSTAKA
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments