- Home>
- Pengetahuan >
- Makalah IDI "Islam dan Kemanusiaan"
Posted by : Nabilla Risma Aulia
February 12, 2017
ISLAM
DAN KEMANUSIAAN
MAKALAH
TEKNOLOGI DALAM ISLAM
NAMA KELOMPOK 5 : 1. Imaddudin Abdurahim
2. Nabilla Risma Aulia
3. Regi Prasetia Febrizal
4. Rahmat Romadhoni
PROGRAM STUDI INFORMATIKA (S1) FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA JAKARTA
PENDAHULUAN
Tidak bisa
dipungkiri, nilai-nilai humanisme universal memang menjadi pesan umum dari
seluruh agama di dunia. Hanya saja dalam Islam, kita dapat menemukan contoh
praksisnya dalam kehidupan Rasulullah di seluruh dimensi kehidupan, dari
tingkat individu hingga level negara. Humanisme dalam bingkai tauhid itulah
yang menjadikan daulah Islamiyah pada zaman Nabi hingga Khulafaurrasyidin
menjadi negara egaliter meskipun kekuasaan sangat terpusat pada sosok khalifah
dan lembaga penyeimbang eksekutif belum kuat, jika tidak dibilang belum ada.
Akan tetapi,
sangat disayangkan, saat ini ketika berjuta manusia membutuhkan panduan yang
rigid untuk kembali pada fitrah kemanusiaannya, Islam hanya ditonjolkan wajah
ritual simboliknya. Bahkan tidak jarang justru ditafsirkan secara literal
sebagai justifikasi berlangsungya suatu rezim feodal, kekerasan, dan teror. Tauhid
pun seakan dibatasi penerapannya hanya menjadi bidang kajian keilmuan, namun
tanpa praktek nyata di lapangan. Sehingga pada akhirnya Islam tenggelam dalam
kejumudan umatnya, dan kehilangan aura humanisme universalnya. Nah, jika dalam
pandangan sains saat ini sedang ngetrend mengenai istilah integralisme
agar sains lebih memberi sumbangan positif pada kehidupan manusia secara
keseluruhan. Maka, tidak ada salahnya jika cara pandang integral tadi juga
diterapkan pada pemahaman keislaman. Mungkin ini saatnya pandangan
fiqh-sentris, khilafah-sentris, tekstual-sentris, dan juga kontekstual-sentris
mulai diintegrasikan agar aura keislaman yang manusiawi muncul kembali dan pada
akhirnya akan memberikan kontribusi pada kehidupan manusia secara keseluruhan.
PEMBAHASAN
1. HAKEKAT MANUSIA
Hakikat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di artikan
inti sari atau dasar juga diartikan kenyataan yang sebenarnya (sesungguhnya).
Hakikat juga bisa dikatakan inti dari segala sesuatu.atau yang menjadi jiwa
sesuatu. Di kalangan tasawuf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya
karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benarnya. Jadi Sama halnya
dengan pengertian dalam mencari suatu hakikat roh, nyawa dan lain-lain.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut pengertian ini manusia adalah makhluk
Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk dapat menguasai
makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Sedangkan dalam bahasa
Arab, kata ‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata al-nas, basyar, insan,
mar’u, ins dan lain-lain. Kata “Basyar” dalam Al-Qur’an disebut 27 kali,
memberikan referensi pada manusia sebagai mahkluk Biologis. Adapun acuan
pendapat ini adalah surat Ali Imran [3]:47; Al-Kahfi[18]:110; Fushshilat
[41]:6; Al-Furqan [25]:7; dan 20; dan Yusuf [12]:31.
Sebagai mahkluk biologis, manusia dapat dililhat dari
perkataan Maryam kepada Allah: “Tuhanku, bagaimana mungkinaku mempunyai anak,
padahal aku tidak disentuh basyar” (Ali Imran [31]:47).[1] Dan pertanyaan
Maryampun terjawab, Nabi Muhammad SAW diutus Allah menegaskan bahwa secara
biologis ia sepeti manusia lain. Allah berfirman, “Katakanlah,Aku (Muhammad
saw) ini manusia biasa (basyar) seperti kamu,hanya saja aku diberi wahyu bahwa
Tuhanmu adalah Tuhan yang satu”. (Q.S. al-Kahfi [18]:110 dan Fushshilat
[41]:6).[1]
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati
tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi
makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam
istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat
diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur
kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses
selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci.Manusia yang sekarang ini,
prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan
yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang
proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
2.
KARAKTERISTIK MANUSIA
Islam melalui Al-Qur’an memberi pengertian bahwa
manusia adalah komunitas tunggal, anak cucu Adam (QS. Al-Baqarah : 213,
Al-A’raf : 26-27). Dalam pandangan Islam manusia yang hidup sekarang adalah
anak cucu dari dua orang tua yang sama, yaitu Adam dan Hawa. Dan bukan sebagai
makhluk yang mengalami missing link dengan kera sebagaimana teori Charles
darwin. Sebagai keturunan dan anak cucu Adam dan Hawa maka pastilah manusia
mewarisi banyak sifat dari orang tua pertama yang sama itu. Sifat, watak dan
prilaku, juga gena yang dimiliki kedua orang tua pertama kemudian secara turun
temurun dan dari generasi ke genarasi yang kemudian menurun membentuk ciri-ciri
dari manusia sekarang dan Adam – Hawa juga tentunya.
Secara umum, walau manusia
berbeda suku bangsa, dipisahkan oleh batas geografis, adat istiadat dan budaya,
bahasa, agama dan kepercayaan, kualitas intelektual dan sebagainya, tetapi
manusia tetaplah manusia yang merupakan keturunan Adan dan Hawa.
Ciri-ciri dan karakteristik yang dimiliki manusia sebagai
keturunan Adam dan Hawa antara lain :
- Keimanan akan adanya Allah. Keberadaan Adam dan Hawa di surga lalu melakukan pelanggaran atas larangan Allah, dan tobat mereka yang di-terima Allah hingga diturunkannya mereka ke bumi membuktikan bahwa Adam dan Hawa ber-iman kepada Allah. Keimanan kepada Allah meru-pakan ciri-ciri manusia yang diwariskan kepada kita melalui gena-gena berbarengan dengan ciri-ciri lainnya. Simak (QS AI-A’raf : 23 dan QS AI-A’raf : 172-173).
- Pengetahuan. Adam diberi anugerah pengetahuan oleh Allah sehingga praktis semua umat manusia memiliki potensi untuk memiliki dan mengem bangkan pengetahuan, dan dituntut untuk mencari pengetahuan dan mengajarkannya. Pada sejumlah orang potensi itu bersifat aktif, sedangkan pada orang-orang lain tertekan. Simak (QS Al-Baqarah : 31-33).
- Ketergesa-gesaan dan keingintahuan. Adam dan Hawa melakukan eksperimen pertama dengan mendekati pohon terlarang dan memakan buah-nya. Barangkali ide itu timbul dari keingintahuan mereka apakah janji setan benar, bahwa jika mereka makan buah pohon terlarang itu akan menjadi malaikat dan kekal. Mereka pun tergesa-gesa meng-iya akan rayuan setan dan melalaikan pesan Tuhan, hingga mereka menyadari kesalahan mereka dan malu, karena tiba-tiba bagian-bagian tertentu dari tubuh mereka terlihat, Keingintahuan pada anak cucu Adam secara praktik mendorong mereka melakukan segala eksperimen dalam berbagai ma-cam bidang, sedangkan ketergesa-gesaan menyebabkannya ingin berjalan lebih cepat, dan memperoleh segala sesuatu lebih cepat, sebagai sisi positif keberhasuan-keberhasilan ilmiah. Suatu kebetulan yang menarik, bahwa banyak eksperimen dilaku-kan para ilmuwan dengan tujuan tertentu, tetapi dalam banyak kasus menghasilkan hal yang ber-beda. Dan sejarah sains penuh dengan penemuan-penemuan yang tidak terduga semacam itu. Lihat (QS Al-Anbiaya’ : 37).
- Status. Adam diberi status sebagai khalif ah untuk ‘menguasai’ burni. Karena itulah praktis semua manusia tergoda dan tergila-gila mengejar status (kekuasaan). Keinginan mengejar status, kekuasa-an dan supremasi inilah yang sering menimbulkan gangguan stabilitas, baik dalam lingkup kepentingan kehidupan berpribadi, bertetangga, bersuku, berbangsa dan bernegara.Renungkan QS AI-Baqarah : 30, QS Shad : 26, dan (QS AI-An’am : 165).
- Penguasaan energi. Manusia cenderung menggali dan hingga batas tertentu mengeksploitasi energi alam semesta untuk memenuhi kebutuhan dan ketamakan hidup mereka. Salah satu perolehan ilmiah utama manusia adalah kemampuan untuk menguasai dan memanfaatkan berbagai energi, seperti hidrotermal, tenaga nuklir, tenaga surya, dan sebagainya.
- Kenikmatan. Adam dan Hawa diperintahkan Allah bertempat tinggal di surga dan menikmati segala macam makanan dan minuman yang tersedia di sana sesuka hati, kecuali mengkonsumsi makanan dari pohon terlarang. Adam dan Hawa diberi ke-hidupan ideal yang penuh kenikmatan. Banyak upaya ilmiah ditujukan untuk mendatangkan ke-nikmatanyang dikejar kepada manusia. Sebagian dari hasil temuan yang mendatangkan kenikmatan itu membawa manfaat, namun tidak sedikit hal-halyang dianggap mendatangkan kenikmatan itu membawa mudarat. Perhatikan (QS Al-A’raf : 19 dan QS AI-Baqarah : 219).
- Panjang umur. Kematian adalah unsur yang meng-hantui manusia. Adam dan Hawa ingin melepaskan diri dari rasa takut akan kematian ini, dan ingin hidup selama-lamanya dengan memakan buah dari pohon keabadian’. Ketakutan akan kematian praktis dimiliki oleh semua umat manusia, dan kebanyakan dari manusia ingin menjalani kehidup-an selama mungkin. Kalau bisa seribu tahun! Se-bagian besar penelitian ilmiah tanpa disadari barangkali ditujukan untuk mendapatkan sarana-sarana meningkatkan rentang umur manusia. Banyak di antara kita mentaati perintah Tuhan karena ingin sekali berumur panjang dan memper-oleh kenikmatan selama-lamanya dalam surga. Sebagaimana disinyalir dalam (QS AI-Baqarah : 96 dan QS AI-A’raf : 20).
- Pakaian dan rasa malu. Ketika melakukan pelang-garan, tersingkaplah kemaluan Adam dan Hawa, sehingga mereka berusaha menutupi organ tubuh mereka dengan dedaunan. Barangkali karena adanya rasa malu inilah manusia mengenakan kain untuk menyembunyikan dan menutup bagian-bagian tubuh mereka yang sangat pribadi, di sam-ping adanya faktor lain, untuk menghias dan me-lindungi tubuh dari panas dan dingin. Simak penjelasan Allah dalam QS AI-A’raf : 22, 26-27.
9.
Tergoda. Adam dan Hawa tergoda setan memakan buah terlarang, kemudian insaf atas
kesalahan mereka dan bertobat memohon ampun kepada Allah. Sebagian
besar umat manusia terjerumus dalam perangkap setan, sehingga
melanggar aturan Allah dan melakukan perbuatan dosa, tetapi cepat atau lambat,
banyak di antara mereka lantas bertobat dan memohon ampunan-Nya. Gena-gena yang
membawa warisan berbagai ciri tersebut di atas tampaknya bersifat aktif pada
sejumlah orang dan/atau tertekan pada orang lain dengan kadar yang
berbeda-beda. Perhatikan (QS AI-Baqarah : 35-36 danQS AI-lsra’ :85).
3.
MANUSIA MENURUT AL-QUR’AN
Dalam Al-Quran terdapat tiga
istilah kunci yang mengacu pada makna pokok manusia: basyar, insan dan an-nas.
1. Basyar
Basyar yang dalam Al-Quran disebut sebanyak
27 kali, memberikan referensi pada
manusia sebagai makhluk biologis. Sebagai makhluk biologis, manusia dapat
dilihat dari perkataan Maryam kepada Allah pada surat Ali-Imran [3]: 47 Maryam
berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, Padahal aku belum
pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun." Allah berfirman (dengan
perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya. apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, Maka Allah hanya
cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah Dia.
Nabi Muhammad
Saw di suruh Allah menegaskan bahwa
secara biologis, ia seperti pada manusia lain. Allah berfirman pada surat
Al-Kahfi [18]: 110 Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu,
yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan
yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". Makna basyar yang berarti
manusia dilihat dari sisi lahiriyah (biologis) dikuatkan dalam firman Allah
surat Al-Anbiya 34-35: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang
manusiapun sebelum kamu (Muhammad); Maka Jikalau kamu mati, Apakah mereka akan
kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya
kepada kamilah kamu dikembalikan.”Fushilat [41]: 6 “Katakanlah:
"Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku
bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan yang
Lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan kecelakaan besarlah
bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya.”
Orang- orang
yang menentang Nabi atau orang kafir selalu berkata, perkataan itu ditegaskan
dalam surat Al-Furqan [25]: 7; Dan mereka berkata: "Mengapa Rasul itu
memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? mengapa tidak diturunkan kepadanya
seorang Malaikat agar Malaikat itu memberikan peringatan bersama- sama dengan
dia?” Makan dan minum merupakan kebiasaan manusia yang menunjukkan kepada
pemenuhan kebutuhan biologisnya. Pada surat Yusuf [12]: 31 dikatakan bahwa
ketika para wanita Mesir terkagum-kagum terhadap ketampanan Yusuf a.s. Maka
tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah
wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya
kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian Dia
berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka".
Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)
nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna
Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah Malaikat yang
mulia."
Semua kata
basyar dalam Al-Qur’an menunjukkan gejala umum yang nampak pada fisiknya atau
lahiriyahnya. Dengan demikian pengertian basyar tidak lain adalah manusia dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas lahiriyahnya yang
dipengaruhi oleh dorongan-dorongan biologis, seperti makan, minum dan akhirnya
mati sebagai kegiatannya di dunia.
2. Insan
Insan yang dalam Al-Qur’an di
sebut sebanyak 65 kali, digunakan untuk menyatakan manusia dalam lapangan yang
amat luas,[3] antara lain:
a)
Dalam konteks ilmu. Manusia didorong untuk meraih
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan pengetahuan merupakan karunia khusus bagi
manusia. Allah mengajarkan kepada manusia segala sesuatu yang tidak mungkin
diketahui oleh makhluk lainnya. Firman Allah dalam surat Al-‘Alaq 1-4: “Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam.”
b)
Manusia memiliki musuh, yakni syetan. Syetan merupakan
suatu kekuatan yang
selalu berusaha menarik manusia untuk menyimpang dari nilai-nilai dan
norma-norma Illahi. Syetan bisa berwujud jin ataupun manusia. Firman Allah
dalam surat Yusuf ayat 5:Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu
ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar
(untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi
manusia."
c)
Manusia sebagai khalifah di bumi. Allah telah menjadikan
manusia sebagai
“wakil-Nya” di bumi, yang berarti manusia memiliki kewenangan dan kekuasaan
kepada manusia, apapun yang ada di bumi telah Allah sediakan kepada manusia
untuk dimanfaatkan sebagaimana mestinya, tanpa melakukan kerusakan di muka
bumi. Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 72:Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan
Amat bodoh.
d)
Manusia dalam konteks penggunaan waktu yang menuntut
disiplin dan kesadaran
serta kreativitas yang membawa manusia pada keuntungan material dan rohani.
Firman Allah dalam surat Al-‘Ashr 1-3: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.
e)
Manusia dalam hubungan dengan peranan dan usahanya.
Penekanan nilai
kepribadian manusia sangat tergantung kepada usaha yang dilakukannya yang
justru menuntut pertanggungjawaban manusia. Dan bahwasanya seorang manusia
tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.
f) Manusia
dalam hubungannya dengan kualitas moralnya.
Dan Kami wajibkan manusia (berbuat)
kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya.
Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan aku dengan sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu,
lalu aku kabarkan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan. Kelemahan
manusia yang paling dasar dan
menyebabkan manusia berdosa adalah
kepicikannya (dhaif) dan kesempitan
pikirannya (qathr). Oleh karena itu
manusia bisa jatuh kepada kesesatan, baik
berupa kesombongan, keegoisan, ketamakan,
kecerobohan dan sebagainya .
Dengan demikian makna insan yang
disebutkan dalam Al-Qur’an adalah manusia
dilihat dari sisi bagaimana manusia
melakukan kegiatan yang disadari oleh
kapasitas akalnya serta aktuslisasi
dalam kehidupan secara konkrit, yaitu
perencanaan, tindakan dan akibat-akibat
yang ditimbulkannya. Manusia dalam
konteks insan selalu berkaitan dengan
unsur rohani.
3. An-Nas
Konsep kunci yang ketiga adalah
an-nas yang mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial.An-nas disebut dalam Al-Quran sebanyak 240 kali. Sebagai
makhluk sosial, an-nas dapat kita lihat dalan beberapa segi.
a)
Ungkapan wa min an-nas (dan diantara sebagian manusia)
dalam A-Qur’an
menunjukan manusia dalam konteks kelompok sosial dengan karakteristiknya.
Dengan memperhatikan ungkapan tersebut, dalam Al-Qur’an ditemukan kelompok
manusia yang menyatakan beriman tapi sebetulnya tidak beriman, yang mengambil
sekutu terhadap Allah, yang hanya memikirkan kehidupan dunia, yang menyembah
Allah dengan iman yang lemah, yang menjual pembicaraan yang menyesatkan,
meskipun ada sebagian orang yang rela mengorbankan dirinya untuk Allah.
b)
Ungkapan aktsarun-nas (kebanyakan manusia) dalam
Al-Qur’an menunjukan
bahwa sebagian besar manusia mempuanyai kualitas rendah, baik dari segi
ilmu maupun iman.
c)
Al-Qur’an menegaskan bahwa petunjuk Al-Qur’an bukan hanya
dimaksudkan
kepada manusia secara perorangan, tetapi juga manusia secara keseluruhan.
An-nas sering dihubungkan dengan petunjuk atau al-Kitab. Dalam uraian di atas
jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki fitrah kemudian berproses
dengan menggunakan kapasitas dan kemampuan akalnya, dapat menunjukan derajat
kemanusiaannya yang sejati sebagai khalifah Allah di muka bumi. Manusia dapat
memikirkan dan mencermati hukum-hukum alam ciptaan Allah yang akan melahirkan
ilmu pengetahuan untuk dipergunakannya dalam rangka mengelola dan memakmurkan
alam secara kreatif di muka bumi dengan mendasarkan diri pada nilai-nilai Illahiyah
Konsep basyar dan insan yang telah dijelaskan di atas merupakan konsep Islam
tentang manusia sebagai individu. Sedangkan dalam hubungan sosial, Al-Qur’an
memberi istilah an-nas yang merupakan bentuk jamak dari insan. Dan dapat kita
simpulkan bahwa kedudukan manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial; makhluk biologis dan makhluk psikologis (spiritual). Manusia adalah
gabungan antara unsur material (basyar) dan unsur rohani. Dari segi hubungannya
dengan Allah, kedudukan manusia adalah sebagai hamba dan makhluk terbaik
(khalifah).
KESIMPULAN
Manusia ialah makhluk ciptaan Allah yang luar biasa. Pada hakekatnya,
manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna di bumi dengan segala
kelebihan akal, hati nurani dan daya pikir serta memiliki kemampuan untuk
mengelola segala macam karunia dari Allah di bumi ini. Akan tetapi manusia juga
sebagai makhluk social yang tidak di pungkiri dalam menjalankan kehidupannya
pasti memerlukan bantuan orang lain.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments