- Home>
- Pengetahuan >
- Contoh Resensi : MATILDA
Posted by : Nabilla Risma Aulia
February 12, 2017
Judul
: Matilda.
Pengarang : Roald Dahl
(Ilustrasi oleh Quentin Blake).
Alihbahasa : Agus Setiadi.
Penerbit : Gramedia, 1991.
Tebal : 259 halaman.
Ukuran : 13,5 x 19,8 cm.
Pengarang : Roald Dahl
(Ilustrasi oleh Quentin Blake).
Alihbahasa : Agus Setiadi.
Penerbit : Gramedia, 1991.
Tebal : 259 halaman.
Ukuran : 13,5 x 19,8 cm.
Enak rasanya memahami dunia anak-anak dan
berkecimpung di dalamnya. Anak-anak dapat berpikir seperti orang dewasa, bahkan
lebih bijak lagi tanpa meninggalkan citra anak-anak yang suci dan polos. Itu
kira-kira yang ingin disampaikan oleh Roald Dahl kepada pembaca Matilda. Buku setebal
259 halaman yang tidak terasa tebal jika dibaca ini menampilkan sosok Matilda,
bocah 5 tahun yang hobinya
membaca. Buku-buku karya pengarang dunia seperti Charles Dickens, Voltaire, Hemingway, Kliping, Tagori, Shakespiere sudah dibacanya saat umurnya belum genap 5 tahun.
membaca. Buku-buku karya pengarang dunia seperti Charles Dickens, Voltaire, Hemingway, Kliping, Tagori, Shakespiere sudah dibacanya saat umurnya belum genap 5 tahun.
Buku ini menarik karena diberi ilustrasi yang
menunjang. Katakatanya enak dibaca, dan memiliki adegan-adegan di luar batas
kenormalan. Mungkinkah ada kepala sekolah SD yang tega menarik kepang rambut
muridnya dan membuat anak itu seperti baling-baling di atas kepala Kepsek hanya
karena si anak tidak memotong rambut keemasannya? (hlm. 123). Mungkinkah pula
ada seorang Kepsek yang mempunyai alat-alat untuk menghukum siswa bandel bak
alat-alat penyiksaan di kamp Nazi; dan menyuruh seorang anak kecil memakan kue
tar coklat berdiameter 20 cm? Dan rasanya tidak ada di dunia ini orangtua
menganggap anak perempuannya yang bungsu (Matilda) sebagai bisul yang
mengganggu (hlm. 10).
Meskipun cerita-ceritanya memberi kesan
menyeramkan, kala membacanya kita tidak merasa merinding karena gaya
penceritaan dibuat seringan mungkin, sesuai dengan sasaran pembaca buku ini,
yaitu anak-anak SD di Inggris sana. Yang mungkin agak membuat pembaca Indonesia
bingung adalah siapa sasaran pembaca buku ini. Dalam katalog, buku ini
dikatagorikan sebagai fiksi anak-anak. Namun, mengingat jumlah halaman dan
kosakatanya, buku ini terasa berat bagi anak-anak SD di Indonesia.
Matilda menceritakan seorang anak berumur 5
tahun yang memiliki kepandaian di atas ukuran orang dewasa. Sialnya,
kepandaiannya ini tidak diperhatikan orangtuanya karena mereka tergolong
orangtua yang menganggap anaknya sebagai kutu yang menjijikkan. Bahkan,
orangtuanya menganggap Matilda tidak berguna dan bodoh (hlm. 27). Hampir
separoh kisah Matilda bercerita tentang ”pembalasan” Matilda terhadap sikap dan
ucapan orang tuanya. Dengan kemampuan supernya, yaitu mampu menggerakkan barang
hanya dengan pikiran saja, Matilda berhasil membantu Miss. Honey mendapatkan
rumah dan uangnya yang diambil Kepala Sekolah SD, Ibu Thrunchbull.
Pembalasan Matilda dimungkinkan terjadi
karena selain cerdas, Matilda juga banyak membaca. Matilda yang tersia-sia ini
akhirnya tinggal dengan Miss. Honey, gurunya, karena orangtuanya dan kakaknya
pindah ke Spanyol akibat kasus kejahatan yang mereka lakukan. Ronald Dahl
tampaknya menekankan pentingnya kegemaran membaca. Tokoh-tokoh baik dan pintar
dalam buku ini adalah orangorang yang gemar membaca, sedangkan tokoh-tokoh
jahat seperti orangtua Matilda dan Kepsek adalah orang-orang yang hobinya
bermain.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments